Minggu, 17 Februari 2008 |
Perda Zalim!! |
WARGA pemurah hati di Ibu Kota Jakarta berhati-hatilah. Simpan niat baikmu rapat-rapat karena kedermawanan bisa mencelakakan Anda.
Juga kaum miskin. Meminggirlah dari Ibu Kota jika Anda tidak ingin digiring masuk bui atau dikenai denda jutaan rupiah hanya karena Anda mendendangkan lagu menghibur penumpang yang sumpek dalam bus kota.
Peringatan itu bukan mengada-ada. Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum mulai berlaku setelah Departemen Dalam Negeri mengesahkannya. Meski perda yang tidak berperikemanusiaan itu ditentang sejak awal, pemerintah daerah tak menggubrisnya dan pemerintah pusat tak menghiraukannya.Baca selengkapnya »Label: Umum |
posted by rafkirasyid @ 09.21 |
|
|
|
Erosi Nasionalisme dan Godaan Malaysia |
KETIKA jutaan manusia Indonesia berbondong-bondong ke Malaysia mencari pekerjaan, banyak yang berbangga, terutama pemerintah, bahwa mereka adalah pahlawan devisa. Namun, ketika banyak warga Indonesia direkrut menjadi milisi pada Tentara Diraja Malaysia untuk dipekerjakan di pos-pos perbatasan dengan Indonesia, masihkah kita berbangga hati?
Tidak. Itulah bukti bahwa telah terjadi erosi nasionalisme yang parah. Demi uang anak-anak negeri rela mengorbankan harga diri, tidak cuma harga diri individu, tetapi harga diri bangsa.Baca selengkapnya »Label: Umum |
posted by rafkirasyid @ 09.19 |
|
|
Sabtu, 09 Februari 2008 |
Matinya Sportifitas |
Sepak bola memang menjadi olah raga primadona di negeri ini. Setiap hari jutaan pasang mata di Indonesia mempelototi televisi untuk menonton pertandingan bola di liga-liga sepakbola eropa.
Namun, tampaknya kita belum pernah bisa belajar dari kompetisi yang diadakan oleh negara-negara Eropa tersebut. Baik dalam hal teknik bermain, profesionalitas, maupun etika dalam menonton sepak bola.
Lihatlah apa yang terjadi pada pertandingan-pertandingan liga Indonesia. Pertandingan sepak bola telah berubah menjadi ajang suporter untuk saling menghabisi. Puncaknya terjadi Rabu (6/2) malam, yang mengakibatkan matinya seorang pendukung Persija.
Kerusuhan bukan hanya terjadi di lapangan sepak bola atau di dalam stadion. Baku hantam meluas hingga di luar gelanggang olahraga.
Bahkan, warga yang tak punya urusan dengan sepak bola pun menjadi korban. Contohnya, suporter beramai-ramai menghentikan mobil warga dan memaksa meminta uang.
Begitulah, brutalisme telah menguasai ruang publik. Brutalisme dipertontonkan dengan gagah perkasa di muka umum. Tidak ada yang berani melawannya, tidak ada yang sanggup mencegahnya.
Bahkan, seorang polisi bintang dua, dengan jabatan terhormat Kepala Kepolisian Metropolitan Jaya, menyatakan menyerah. Ia tak sanggup mengamankan jalannya pertandingan final Sriwijaya FC melawan PSMS Medan, yang dijadwalkan berlangsung malam ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Menyerahnya Kapolda Jaya itu menunjukkan betapa seramnya tingkat brutalisme suporter. Kapolda Jaya belum pernah menyatakan menyerah terhadap penjahat. Tetapi kali ini dengan terus terang dan resmi menyatakan menolak pertandingan final itu diselenggarakan di wilayahnya.
Ditengah kekacauan seperti ini, para pecandu sepak bola di tanah air masih saja berharap banyak agar tim sepakbola kita berbicara banyak di pentas-pentas sepak bola dunia. Apakah mungkin? Rasany masih jauh panggan daripada api.
Sebaiknya sebelum menuntut macam-macam, para pecandu sepak bola tanah air mesti menuntut diri sendiri dulu agar bisa menjadi penonton yang profesional dan beretika. Profesional? Ya, menjadi penonton itu kan juga merupakan sebuah profesi. Kapan pemain kita bisa konsentrasi bermain dengan baik kalau diteriaki terus dan dilempari terus setiap bermain.
Marilah kita mencoba menjadi penonton dan pecandu serta supoterter yang baik dan beretika. Bravo sepak bola Indonesia. |
posted by rafkirasyid @ 11.04 |
|
|
Jumat, 08 Februari 2008 |
Libur, Libur, Libur Lagi |
Selamat tahun baru imlek buat yang merayakannya.
Satu hal yang mesti dicatat pada bangsa ini adalah begitu banyaknya hari libur. Dengan alasan ingin meningkatkan dunia pariwisata, maka pemerintah mencetuskan peraturan cuti bersama. Dimana, libur yang seharusnya sehari atau dua hari pas tanggal merah saja ditambah menjadi lima hari atau satu minggu.
Patut dipertanyakan di sini, apakah hal ini, yaitu meningkatnya kunjungan wisata oleh wisatawan domestik ke tempat-tempat wisata di Indonesia, sudah bisa diperbandingkan dengan menurunnya produktivitas masyarakat?
Kalau dicari perbandingannya, maka bisa dikatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling banyak hari liburnya sedunia. Hal ini memperparah kondisi ekonomi yang semakin melambat akibat berkurangnya produktivitas masyarakat.
Jika kita lihat secara lebih dalam, anggaplah memang konsumsi pariwisata masyarakat akan meningkat pada hari-hari libur. Namun, peningkatan pendapatan nasional akibat meningkatnya konsumsi itu akan menjadi faktor yang membahayakan perekonomian nasional kalau tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Akhirnya, kita akan jatuh ke konsep lama "Besar pasak daripada tiang." Tentunya kita tidak menginginkan ini terjadi. Sebab hal itu akan memicu kita untuk berhutang lebih banyak untuk menutupi selera konsumsi yang besar tersebut.
Adalah lebih arif sebenarnya jika pemerintah meninjau kembali kebijakkan cuti bersama tersebut. Kaji kembali manfaat dan mudharatnya. Menurut apa yang penulis simpulkan, cuti bersama tersebut lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Cukuplah libur pada tanggal-tanggal merah saja dan tidak perlu ditambah-tambah. Hal itu hanya semakin mengukuhkan keyakinan bahwa kita adalah bangsa yang malas.
Selamat libur tahun baru imlek. Gong Xi Fa Cai.Label: Umum |
posted by rafkirasyid @ 08.44 |
|
|
Minggu, 03 Februari 2008 |
Banjir, Banjir, Banjir Lagi . . . |
Entah mau jadi apa bangsa ini ya. Sudahlah penduduknya banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih juga sering dilanda bencana alam. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, dan yang selalu jadi langganan adalah BANJIR . . .
Banjir sebenarnya tidak sama dengan bencana alam yang lain yang tidak dapat dicegah. Banjir merupakan bencana yang sebenarnya dapat dicegah tentunya kalau ada kemauan. Namun, sepertinya kemauan itu yang belum ada di bangsa ini.
Lihatlah setiap tahun kota Jakarta selalu kebanjiran dan masyarakatnya sudah hafal betul pada bulan dan tanggal-tanggal berapa saja banjir akan datang. Itu artinya masyarakat Jakarta kebanyakkan sudah pasrah dan menganggap banjir sebagai sebuah kejadian musiman yang tak dapat lagi dicegah.
Saat ini, Batam juga sudah hampir sama dengan Jakarta, dimana hujan sedikit aja sudah kebanjiran. Penyebabnya hampir sama, yaitu pemukiman yang semakin padat dan ketidakdisiplinan dalam membuang sampah dan membersihkan saluran pembuangan air dari sampah.
Kita memang cenderung menyalahkan pemerintah kalau keadaannya sudah begini. Di mana, pemerintah sebagai pengayom masyarakat seharusnya mengambil langkah-langkah taktis untuk pencegahan banjir. Masyarakat mengharapkan pemerintah harus lebih serius lagi dalam mengatasi masalah banjir ini.
Namun, sebenarnya masalah banjir ini dapat dilihat sebagai cerminan tidak disiplinnya masyarakat kita dalam mengelola sampah dan pembuangan air. Banjir kanal yang bagaimanapun besarnya, tetap tidak akan mampu menampung debit air yang masuk jika di dalamnya dipenuhi oleh sampah. Ditambah lagi dipinggirannya di huni oleh rumah-rumah liar yang setiap hari membuang sampah ke kali dan banjir kanal tersebut. Untuk kasus Jakarta, hal seperti inilah kemungkinan besar kenapa banjir sepertinya sudah tak teratasi lagi.
Namun untuk Batam, boleh dikatakan memang pemerintahlah sepertinya yang belum begitu serius menangani masalah banjir ini. Dimana, pemberian izin pendirian bangunan oleh Pemkot Batam, sepertinya tidak memperhitungkan aliran air pembuangan. Sehingga, tempat-tempat yang seharusnya menjadi tempat penampungan air ditimbun untuk didirikan bangunan. Ditambah lagi belum adanya banjir kanal di Batam, telah menyebabkan aliran air tersumbat di mana-mana.
Pencegahannya tentu saja butuh komitmen dari keduabelah pihak, pemerintah dan masyarakat. Pemerintah mesti menganggarkan dana yang cukup untuk penanggulangan banjir, dan masyarakat harus berkomitmen untuk lebih disiplin dalam membuang sampah dan membersihkan saluran pembuangan air dari tumpukkan sampah.
Apakah hal ini bisa dilakukan? Jawabannya tergantung. . .Label: Umum |
posted by rafkirasyid @ 15.06 |
|
|
Sabtu, 02 Februari 2008 |
PENGUMUMAN |
Para pengunjung, dengan diterbitkannya pengumuman ini, berarti untuk selanjutnya pada blog ini Anda hanya akan menemukan catatan harianku berupa diary, opini, dan pendapat mengenai keadaan yang terjadi di sekitarku.
Untuk selanjutnya, terutama untuk mahasiswaku, agar bisa mendownload software dan bahan kuliah gratis, maka dapat melakukannya pada situsku dengan alamat http://rafkirasyid.com.
Hal ini kumaksudkan agar ada pembagian dan fokus dari dua blog milikku tersebut. Jadi jika Anda hanya ingin melihat buah fikiranku semata, silahkan mengunjungi blog ini setiap hari. Aku akan mengusahakan mengupdatenya setiap hari.
Namun, jika Anda ingin tampilan yang lebih lengkap seperti adanya halaman humor, tips, download, dan galeri foto, silakan kunjungi situsku tersebut di atas.
Terima kasih atas kunjungannya.Label: Pengumuman |
posted by rafkirasyid @ 00.36 |
|
|
|
About Me |
Name: rafkirasyid
Home: Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
About Me: Rafki Rasyid merupakan dosen di beberapa perguruan tinggi di Batam. Saat ini beliau aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan dan partai politik. Parpol yang dipilihnya adalah Partai Amanat Nasional. Selain aktif mengajar dan organisasi, beliau juga aktif menulis di berbagai media masa.
See my complete profile
|
Previous Post |
|
Archives |
|
Links |
|
Presented By |
|
|