Minggu, 03 Februari 2008 |
Banjir, Banjir, Banjir Lagi . . . |
Entah mau jadi apa bangsa ini ya. Sudahlah penduduknya banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih juga sering dilanda bencana alam. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, dan yang selalu jadi langganan adalah BANJIR . . .
Banjir sebenarnya tidak sama dengan bencana alam yang lain yang tidak dapat dicegah. Banjir merupakan bencana yang sebenarnya dapat dicegah tentunya kalau ada kemauan. Namun, sepertinya kemauan itu yang belum ada di bangsa ini.
Lihatlah setiap tahun kota Jakarta selalu kebanjiran dan masyarakatnya sudah hafal betul pada bulan dan tanggal-tanggal berapa saja banjir akan datang. Itu artinya masyarakat Jakarta kebanyakkan sudah pasrah dan menganggap banjir sebagai sebuah kejadian musiman yang tak dapat lagi dicegah.
Saat ini, Batam juga sudah hampir sama dengan Jakarta, dimana hujan sedikit aja sudah kebanjiran. Penyebabnya hampir sama, yaitu pemukiman yang semakin padat dan ketidakdisiplinan dalam membuang sampah dan membersihkan saluran pembuangan air dari sampah.
Kita memang cenderung menyalahkan pemerintah kalau keadaannya sudah begini. Di mana, pemerintah sebagai pengayom masyarakat seharusnya mengambil langkah-langkah taktis untuk pencegahan banjir. Masyarakat mengharapkan pemerintah harus lebih serius lagi dalam mengatasi masalah banjir ini.
Namun, sebenarnya masalah banjir ini dapat dilihat sebagai cerminan tidak disiplinnya masyarakat kita dalam mengelola sampah dan pembuangan air. Banjir kanal yang bagaimanapun besarnya, tetap tidak akan mampu menampung debit air yang masuk jika di dalamnya dipenuhi oleh sampah. Ditambah lagi dipinggirannya di huni oleh rumah-rumah liar yang setiap hari membuang sampah ke kali dan banjir kanal tersebut. Untuk kasus Jakarta, hal seperti inilah kemungkinan besar kenapa banjir sepertinya sudah tak teratasi lagi.
Namun untuk Batam, boleh dikatakan memang pemerintahlah sepertinya yang belum begitu serius menangani masalah banjir ini. Dimana, pemberian izin pendirian bangunan oleh Pemkot Batam, sepertinya tidak memperhitungkan aliran air pembuangan. Sehingga, tempat-tempat yang seharusnya menjadi tempat penampungan air ditimbun untuk didirikan bangunan. Ditambah lagi belum adanya banjir kanal di Batam, telah menyebabkan aliran air tersumbat di mana-mana.
Pencegahannya tentu saja butuh komitmen dari keduabelah pihak, pemerintah dan masyarakat. Pemerintah mesti menganggarkan dana yang cukup untuk penanggulangan banjir, dan masyarakat harus berkomitmen untuk lebih disiplin dalam membuang sampah dan membersihkan saluran pembuangan air dari tumpukkan sampah.
Apakah hal ini bisa dilakukan? Jawabannya tergantung. . .Label: Umum |
posted by rafkirasyid @ 15.06 |
|
|
|
About Me |
Name: rafkirasyid
Home: Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
About Me: Rafki Rasyid merupakan dosen di beberapa perguruan tinggi di Batam. Saat ini beliau aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan dan partai politik. Parpol yang dipilihnya adalah Partai Amanat Nasional. Selain aktif mengajar dan organisasi, beliau juga aktif menulis di berbagai media masa.
See my complete profile
|
Previous Post |
|
Archives |
|
Links |
|
Presented By |
|
|